Senin, 08 Oktober 2012

My 2nd International Publication


8 Oktober 2012

Yay! Akhirnya selesai lah paper untuk 2nd publikasi ilmiah ku yang bekerjasama dengan International Animal Rescue Indonesia-Ciapus Program. Besok akan dibawa oleh lovely kolega Okta Wismandanu ke Asia Pacific Veterinary Conference (APVC) 2012 khususnya event Asian Society of Zoo and Wildlife Medicine (ASZWM) di Bangkok, Thailand. 

Judulnya :
Imaging Renal Osteodystrophy in a Sumatran Slow loris (Nycticebus coucang)

Author :
Intan Citraningputri, Karmele Llano Sanchez, Wendi Prameswari, Hernomoadi Huminto, Sharmini J Paramasivam, Okta Wismandanu




Poster ini memaparkan tentang kejadian osteomalacia dan hipokalsemia sebagai konsekuensi dari gangguan ginjal kronis pada kukang dewasa-tua. Secara klinis, yang terlihat ialah movement disorder seperti tremor, inkoordinasi, paralisis yang etiologinya dapat dikaitkan oleh hipokalsemia. Kemudian muncul gejala peripheral oedema (pembendungan perifer), fraktura kaki (patah tulang kaki). Ternyata gejala-gejala ini merupakan konsekuensi dari kerusakan ginjal karena polycystic kidney, dimana terjadi abnormalitas pada tubuli dan glomerolus ginjal yang membentuk kista. Filtrasi tidak berjalan dengan baik, terjadi ketidaksetimbangan P dalam darah, hyperparathiroidism, hipokalsemia, dan  bone remodelling.

November tahun yang lalu, poster pertama ku tentang Salmonellosis pada Kukang juga berpartisipasi dalam pertemuan gabungan The 5th Asian Society of Veterinary Pathology (ASVP) dan The 10th Scientific Symposium of the Indonesia Society of Veterinary Pathology (ISVP) 2011. 


Poster ini memaparkan kejadian Salmonellosis akut yang terjadi pada kukang jawa dan berakibat fatal (mengakibatkan kematian secara cepat) karena adanya konsekuensi dari perdarahan hebat dari saluran pencernaan yang mengakibatkan haemmorhagic-shock dan hypovolaemic-shock. Agen bakteri yang diisolasi ialah Salmonella paratyphii C. Sebetulnya agen ini dapat ditemukan juga pada manusia dan hewan lainnya, namun belum dapat dibuktikan apakah bakteri ini identik dengan agen di manusia/bersifat zoonosis yang menyebabkan kondisi yang sama. 
Daripada nunggu publikasi kalau agen ini bisa menulari kita, lebih baik kita menjaga diri kita dengan mengurangi kontak yang terlalu berlebihan seperti memelihara satwaliar, terutama satwa primata seperti kukang.
Alhamdulillah, poster ini mendapat apresiasi sebagai posisi ketiga terbaik dalam konferensi ini ^^.


Kamis, 04 Oktober 2012

Metamorphoses


September 2012

Thank you dear God,
Actually, I have some metamorphoses in my life
Now i am a Master  Student of major Primatology in IPB, Indonesia
 A rare science ;p

I am a veterinarian
My passion is wildlife especially in Non Human Primate
I think, i am a young vet who desire a lot of knowledge, science, an experience
Hope with my little knowledge, i can contributed to the Earth-Nature-Universe-World
As an expression of gratitude to God, Amiiin.

Three Primatology's student: Me, Indri (Flowery hijab), Faesal (brown batik), with Anas and Pak Imung (my lecturer)


Rabu, 03 Oktober 2012

Tahukah kamu, aslinya tokoh Hanoman?


Tahukah kamu,

Kalau tokoh setengah manusia-monyet putih dalam pewayangan jawa ‘Hanoman’ ternyata real spesies nya merupakan salah satu jenis living non human primate?

Siapa  ya Hanoman itu?

Hanoman (Sanskerta: हनुमान्; Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्;Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera BarataBayu dan Anjani. Menurut kitab Serat Pendhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.



Dalam dunia nyata, ternyata ada lho satwa yang dianalogikan sebagai tokoh pewayangan ini.

Semnopithecus entellus 

ialah nama scientific spesies ini, dalam bahasa inggris disebut Hanuman Langur.

Di dalam taksonomi satwa ini termasuk dalam famili Cercopithaecidae,  jadi ia satu keluarga dengan jenis- jenis seperti monyet ekor panjang, simpai, lutung. Jenis pakannya pun lebih banyak daun-daunan sama seperti simpai dan lutung.

Sebaran satwa primata ini ada di negara India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, dan Burma. Jadi tidak heran, karena Hanuman langur ini dianggap sakral oleh penduduk India, namanya saja diambil dari Hindu monkey-God Hanuman, jadi selain di habitat aslinya yang berupa kanopi pohon, Hanuman langur banyak juga ditemukan di kuil-kuil India dan balkon hotel (Rowe 1999)



Beruntungnya satwa ini karena dianggap sakral oleh penduduk India, sehingga ia dijaga, terkadang Hanuman langur disekitar kuil diberi makan oleh masyarakat setelah sembahyang, maka satwa ini bisa lestari.
Walaupun organ pencernaannya kasihan karena harus beradaptasi dengan makanan yang kadang diberi orang-orang disekitar kuil yaitu makanan yang tidak seharusnya. Karena monyet pemakan daun atau leaf eater  diciptakan oleh Allah dengan lambung dan bagian usus yang unik yaitu bisa melakukan fermentasi untuk membantu pencernaan daun-daunan yang menjadi pakan alaminya.
Sakit perut ga ya klo dia makan roti atau nasi terus menerus? Hmm..



Bagaimanapun, ada cara yang unik agar satwa tetap lestari..
Yaitu dengan mengagumi, melindungi, dan tidak menyakiti (dalam arti luas) setiap satwaliar makhluk hidup ciptaaan Nya..